Monday, May 12, 2008

Penyakit Lupus

Systemic Lupus (SLE) atau biasa dikenal dengan Lupus merupakan penyakit kronis (jangka panjang) sistem imunisasi, yang sampai kini belum diketahui penyebabnya. Ciri utamanya adalah ditemukannya tingkat aktivasi sistem imun yang luar biasa (hiperaktif) dan menyerang jaringan tubuh normal yang ada dan menyebabkan peradangan (flare – inflamasi).

Lupus dikenal unik karena sifatnya yang multi sistem, yaitu meniru penyakit-penyakit lain dan menyebar ke beragam organ. Kemampuan kamuflase nya ini sering kali melecehkan deteksi paramedik atas kondisi pasien dan “menuduhnya” sebagai penyakit yang lain.

Di era 1980-an dan 1990-an, penyakit ini memang dianggap penyakit langka. Namun kelangkaan ini lebih kepada ketidaktahuan orang awam maupun spesialis mengenai gejala dan akibat yang ditimbulkannya. Seringkali dokter salah mendiagnosa dan mengategorikan penyakit penderita lupus sebagai penyakit lain dikarenakan penampakannya yang meniru-niru penyakit lain. Mungkin kasusnya mirip dengan avian flu yang mirip penyakit popular influenza atau pneumonia, namun bersifat fatal.

Meski tidak menular, populasi pengidap lupus terus meningkat sepanjang tahun. Hal ini sedikit banyak memberi dampak ‘positif’ pada kewaspadaan akan masalah kesehatan, terlebih dalam hal riset yang berkonsentrasi pada lupus dan gejala-gejalanya. Di Hongkong saja saat ini status lupus disetarakan dengan viral hepatitis saking banyaknya penderita ditemukan disana. Memang lupus kerap menyerang ras dan genetik tertentu tanpa alasan yang jelas. Ia dapat menyerang wanita maupun pria, namun pada wanita kasus ini cenderung lebih besar. Sampai sekarang tidak diketahui mengapa lupus dapat menyerang ras tertentu lebih besar ketimbang ras lainnya. Sebagai contoh, pada ras Caucasians kira-kira 1 dari 1000 orang dapat terkena lupus, sementara pada African-Americans 1:250 dan latino (hispanik)1:500.

Gejala systemic lupus tidak saja sering berubah, namun juga berbeda-beda pada tiap orang. Ia dapat berupa -Arthritis (bengkak dan sakit di persendian), sakit pada otot dan lemah, capek, sensitif terhadap sinar matahari, rambut rontok, bercak merah di wajah berbentuk kupu-kupu (melintang di hidung dan pipi), demam, anaemia, sakit kepala, keguguran berulang, dan seterusnya. Sementara pada discoid lupus gejala yang kerap muncul adalah beragam bercak kulit, photosensitivity, & kadang-kadang Sariawan atau mimisan.

Jika Discoid Lupus menyerang kulit, systemic lupus menyerang hampir semua sistem organ tubuh, termasuk kulit. Namun begitu, penderita discoid lupus harus waspada dengan kondisinya karena diperkirakan 10% penderita discoid lupus dapat berkembang menjadi systemic lupus. Sayangnya migrasi ini tidak bisa diprediksi, apalagi dicegah.

Sampai kini penyebab pasti tidak diketahui. Namun gabungan antara faktor genetik dan lingkungan yang mendukung (stress, misalnya) bisa dijadikan penyebab tercetusnya lupus. Tidak ada angka pasti yang bisa menunjukkan bahwa lupus bisa diturunkan, namun begitu diperkirakan orang yang memiliki keluarga berpenyakit lupus memiliki kemungkinan terkena lupus sebesar 5-12% lebih besar ketimbang orang normal. Sementara itu, ada beberapa penyebab yang memungkinkan munculnya lupus, termasuk cahaya ultraviolet, pemakaian obat dan antibiotic tertentu, infeksi atau virus, hormones & stress. Dan Saat ini tidak ada obat yang dapat menyembuhkan lupus. Dokter hanya memberi perawatan pada peradangan atau organ-organ yang diserang sambil memberi obat-obatan yang mampu mengontrol lupus, seperti 4 kelompok obat berikut: Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), corticosteroids, antimalarials, & cytotoxic drugs (chemotherapy).

Baca Juga :

Penyakit Lupus
4/ 5
Oleh